TAK halusinasi


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah yang berjudul tentang “TAK HALUSINASI ” ini di susun sebagai tugas mata kuliah keperawatan jiwa. Makalah ini akan membahas tentang bagaimana caranya memberi asuhan keperawatan klien dengan halusinasi.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan baik dari segi isi maupun sistematika penyusunannya.Oleh karena itu, kami harap para pembaca dapat memberi saran dan kritik demi perbaikan makalah ini.Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
                                                         


Tarakan, 24juni 2011

(Tim penyusun)











DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..
TUJUAN PENULISAN………………………………………………………………………..
BAB I.PENDAHULUAN………………………………………………………………………
BAB II.PEMAPARAN MATERI
A.    Defenisi…………………………………………………………………………………
B.     Klasifikasi.........................................................................................................................
C.     Tahapan Halusinasi, Karakteristik...................................................................................
D.    Hubungan Schizoprenia dengan Halusinasi ....................................................................
E.     Metode Therapy Aktifitas Kelompok..............................................................................
BAB III.SESI 1…………………………………………………………………………………
A.    Tujuan..............................................................................................................................
B.     Kriteria Anggota...............................................................................................................
C.     Waktu dan Tempat Pelaksanaan.......................................................................................
D.    Nama Klien dan Ruangan................................................................................................
E.     Media dan Alat………………………………………………………………………….
F.      Susunan Pelaksana……………………………………………………………………...
G.    Uraian Tugas Pelaksana………………………………………………………………..
H.    Mekanisme Kegiatan.......................................................................................................
I.       Evalusi dan Dokumentasi……………………………………………………………….
J.       Setting Tempat.................................................................................................................
K.    Tata Tertib dan Program Antisipasi…………………………………………………….
L.     Penutup…………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….



BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Therapy Aktivitas Kelompok (TAK) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti therapy ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain.





















BAB II
PEMAPARAN MATERI

A.    Defenisi Halusinasi
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental
Health Nursing, 1987).

B.     Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, diantaranya :
1)      Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2)      Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3)      Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang–kadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4)      Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5)      Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
6)      Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

C.     Tahapan Halusinasi, Karakteristik Dan Perilaku Yang Ditampilkan
 TAHAP
KARAKTERISTIK
PERILAKU KLIEN
Tahap I
1.      Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum, halusinasi merupakan suatu kesenangan
1.    Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
2.    Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas
3.    Fikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontol kesadaran, nonpsikotik.
1.      Tersenyum, tertawa sendiri
2.      Menggerakkan bibir tanpa suara
3.      Pergerakkan mata yang cepat
4.      Respon verbal yang lambat
5.      Diam dan berkonsentrasi
Tahap II
1.      Menyalahkan
2.      Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan perasaan antipati
1.      Pengalaman sensori menakutkan
2.      Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut
3.      Mulai merasa kehilangan kontrol
4.      Menarik diri dari orang lain non psikotik.
1.      Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan daraH.
2.      Perhatian dengan lingkungan berkurang.
3.      Konsentrasi terhadap pengalaman sensori kerja
4.      Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas
Tahap III
1.Mengontrol
2.Tingkat kecemasan berat
3.Pengalaman halusinasi tidak dapat ditolak lagi
1. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensori (halusinasi).
2. Isi halusinasi menjadi atraktif.
3. Kesepian bila pengalaman sensori berakhir psikotik.






1.      Perintah halusinasi ditaati.
2.      Sulit berhubungan dengan orang lain.
3.      Perhatian terhadap lingkungan berkurang hanya beberapa detik.
4.      Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tremor dan berkeringat
Tahap IV
1.      Klien sudah dikuasai oleh Halusinasi.
2.      Klien panik.

1.      Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah halusinasi, bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik.
1.      Perilaku paniK.
2.      Resiko tinggi mencederai.
3.      Agitasi atau kataton.
4.      Tidak mampu berespon terhadap lingkungan.

D.    Hubungan Schizoprenia dengan Halusinasi
Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara–suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa kata–kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti: bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan.
Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati. Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari gangguan schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa mania depresif dan syndroma otak organik.
Gangguan persepsi yang utama pada skizoprenia adalah halusinasi, sehingga halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh kecemasan, halusinasi menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan harga diri, kritis diri, atau mengingkari rangsangan terhadap kenyataan.
Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizoprenia, suara – suara biasanya berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif. Halusinasi ini menghasilkan tindakan/perilaku pada klien seperti yang telah diuraikan tersebut di atas (tingkat halusinasi, karakteristik dan perilaku yang dapat diamati).
E.     Metode Therapy Aktifitas Kelompok
Metode yang digunakan pada therapy aktifitas kelompok (TAK) ini adalah metode:
1.      Diskusi dan tanya jawab.
2.      Melengkapi jadwal harian.
Kegiatan TAK menggunakan sistem Sesi yang dibagi menjadi lima sesi, setiap sesi memiliki tujuan khusus yang berbeda. Pada TAK kali ini adalah melanjutkan kegiatan TAK sebelumnya, kali ini adalah TAK untuk sesi kelima yaitu tentang program pengobatan.


















BAB III
SESI  1
A. Tujuan Therapy Aktivitas Kelompok
a. Tujuan Umum
1. Klien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya.
2. Klien mampu mengontrol halusinasinya.
3. Klien mengikuti program pengobatan secara optimal.

b. Tujuan Khusus (Tujuan Sesi 3: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat)
1.      Klien memahami pentingnya patuh minum obat.
2.      Klien memahami akibat tidak patuh minum obat.
3.      Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.

B.  Kriteria Anggota
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktifitas kelompok ini adalah:
a.        Klien dengan riwayat schizoprenia dengan disertai gangguan persepsi sensori; halusinasi.
b.         Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang.
c.         Klien dapat diajak kerjasama (cooperative).

C.     Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Therapy Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal          : Kamis, 24 Juni 2011.
Waktu                     : Pukul 13.15 WIB s.d selesai
Tempat                    : Ruang Teratai RSJ tarakan.



D.  Nama Klien dan Ruangan
Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 5 orang, sedangkan sisanya sebagai cadangan jika klien yang ditunjuk berhalangan.
Adapun nama-nama klien yang akan mengikuti TAK serta pasien sebagai cadangan yaitu:

Klien peserta TAK:
a.       Tn. Hendra
b.      Tn. Fran
c.       Tn. Iyang
d.      Tn. Akmaludin
e.       Tn. Ade Sunarta
Klien peserta TAK cadangan:
a.       Ny. Entin
b.      Ny. Neng

E.     Media dan Alat
TAK kali ini tidak menggunakan alat atau media yang spesifik, penggunaan alat hanya yang ada diruangan saja seperti:
a.       Spidol dan whiteboard / papan tulis.
b.      Jadwal kegiatan harian (jika ada yang dibuat saat TAK sebelumnya).
c.       Beberapa contoh obat.
d.      Tape recorder untuk game jika ada.

F.      Susunan Pelaksana
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap Sesi yang telah disepakati. Sebagai berikut:
a.       Leader        : Stefanus
b.      Co. Leader  : Berlianta
c.       Fasilitator 1 : siniatai
d.      Fasilitator 2 : radica
e.       Fasilitator 3 : Aswar
f.       Fasilitator 4 : suhartini
g.      Fasilitator 5 : Rini
h.      Observer     : Sri
G.  Uraian Tugas Pelaksana
a. Leader
     Tugas:
·         Memimpin jalannya therapy aktifitas kelompok.
·         Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya therapy.
·         Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
·         Memimpin diskusi kelompok.
b. Co. Leader
     Tugas:
·         Membuka acara.
·         Mendampingi Leader.
·         Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.
·         Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
·         Menutup acara diskusi.
c. Fasilitator
            Tugas:
·      Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
·      Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalannya therapy
d. Observer
            Tugas:
·         Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia).
·         Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga penutupan 
H.              Mekanisme Kegiatan
1.      Persiapan
a.       Mengingatkan kontrak pada klien yang telah mengikuti sesi 4.
b.      Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2.      Orientasi
a.       Salam tarapeutik
                                                            1.      Salam dari terapis kepada klien.
                                                            2.      Terapis dank lien memakai papan nama.
b.      Evaluasi / validasi
                                                            1.      Menanyakan perasaan klien saat ini.
                                                            2.      Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan, dan bercakap-cakap).
c.       Kontrak
1.      Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrolhalusinasi dengan patuh minum obat.
2.      Menjelaskan aturan main berikut:
·           Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapi.
·           Lama kegiatan 30 menit.
·           Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3.      Tahap kerja
a.       Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh karena obat member perasaan tenang, dan memperlambat kambuh.
b.      Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab kambuh.
c.       Terapis meminta klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu memakannya. Buat daftar di whiteboard.
d.      Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum obat, benar orang yang minum obat, benar dosis obat.
e.       Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
f.       Berikan pujian pada klien yang benar.
g.      Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard).
h.      Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).
i.        Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah halusinasi / kambuh.
j.        Menjelaskan akibat / kerugian tidak patuh minum obat, yaitu kejadian halusinasi / kambuh.
k.      Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian tidak patuh minum obat.
l.        Member pujian tiap kali klien benar.
4.      Tahap terminasi.
a.       Evalusi
1.    Terapis menanyakan perasan klien setelah mengikuti TAK.
2.    Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari.
3.     Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b.      Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontol halusinasi, yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap, dan patuh minum obat.
c.       Kontrak yang akan datang
1.      Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol halusinasi.
2.      Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi klien.
I.     Evalusi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evalusi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan halusinasi Sesi 5, kemampuan klien yang diharapkan adalah menyebutkan lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Gunakan formulir evaluasi yang ada.

Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 5 benar cara minum obat, manfaat minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat (kambuh). Anjurkan klien minum obat dengan cara yang benar.

J.       Setting Tempat

1.      Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2.      Ruangan nyaman dan tenang.

                                                                                                            Keterangan:
                                                                                                                        : Leader
                                                                                                                       
: Co. Leader
                                                                                                                       
: Fasilitator
                                                                                                                                                                                                                                                : Klien
                                                                                                                       
: Observer




K.  Tata Tertib dan Program Antisipasi
a. Tata Tertib
1)      Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
2)      Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
3)      Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi.
4)      Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan (TAK) berlangsung.
5)      Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
6)      Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan.
7)      Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
8)      Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun Tak belum selesai, maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK kepada anggota.
b. Program Antisipasi
Ada beberapa langkah yanga dapat diambil dalam mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi pada pelaksanaan TAK. Langkah-langkah yang diambil dalam program antisipasi masalah adalah:
1)      Apabila ada klien yang telah bersedia untuk mengikuti TAK, namun pada saat pelaksanaan TAK tidak bersedia, maka langkah yang diambil adalah: mempersiapkan klien cadangan yang telah diseleksi sesuai dengan kriteria dan telah disepakati oleh anggota kelompok lainnya.
2)      Apabila dalam pelaksanaan ada anggota kelompok yang tidak mentaati tata tertib yang telah disepakati, maka berdasarkan kesepakatan ditegur terlebih dahulu dan bila masih tidak cooperative maka dikeluarkan dari kegiatan.
3)      Bila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan, leader memberitahukan kepada anggota TAK bahwa perilaku kekerasan tidak boleh dilakukan.

L.     Penutup
Demikian makalah ini kami buat, atas perhatian dan dukungan serta partisipasinya dalam kegiatan ini kami ucapkan terimakasih.

     Sesi 2: Menggambar

1 Tujuan
(1) Klien dapat mengekspresikan perasaan melalui gambar
(2) Klien dapat memberi makna gambar

2 Setting
(1) Klien dan terapis duduk bersama dalam bentuk setengah lingkaran
(2) Ruangan nyaman dan tenang

3 Alat
(1) Kertas HVS
(2) Pensil 2B (bila tersedia krayon juga dapat digunakan)

4 Metode
(1) Dinamika kelompok
(2) Diskusi

5 Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Terapis dan klien memakai papan nama
b. Evaluasi atau validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menggambar dan menceritakannya kepada orang lain
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu menggambar dan menceritakan hasil gambar kepada klien lain
b. Terapis membagikan kertas dan pensil, untuk tiap klien
c. Terapis meminta klien menggambar apa saja sesuai dengan yang diinginkan saat ini
d. Sementara klien mulai menggambar, terapis berkeliling, dan memberi penguatan kepada klien untuk terus menggambar. Jangan mencela klien.
e. Setelah semua klien selesai menggambar, terapis meminta masing-masing klien untuk memperlihatkan dan menceritakan gambar yang telah dibuatnya kepada klien lain. Yang harus diceritakan adalah gambar apa dan apa makna gambar tersebut menurut klien.
f. Kegiatan poin e. dilakukan sampai semua klien mendapat giliran
g. Setiap kali klien selesai menceritakan gambarnya, terapis mengajak klien lain bertepuk tangan.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan melalui gambar
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu menonton TV
2) Menyepakati waktu dan tempat

6 Evaluasi dan Dokumentasi
(1) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi sensoris menggambar, kemampuan klien yang diharapkan adalah mampu mengikuti kegiatan, menggambar, menyebutkan apa yang di gambar dan menceritakan makna gambar.

(2) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 2, TAK stimulasi sensoris menggambar. Klien mengikuti kegiatan sampai selesai. Klien mampu menggambar, menyebutkan nama gambar, dan menceritakan makna gambar. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan melalui
gambar.




























Sesi 3: TAK
Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi

No
Nama klien
Menyebutkan lima benar cara minum obat
Menyebutkan keuntungan minum obat
Menyebutkan akibat tidak patuh minum obat
1
Tn. Hendra



2
Tn. Fran



3
Tn. Iyang



4
Tn. Akmaludin



5
Tn. Ade Sunarta



6
Ny. Entin



7
Ny. Neng




Petunjuk:
 Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Beri tanda (V) jika klien mampu dan beri tanda (X) jika klien tidak mampu.












DAFTAR PUSTAKA


Potter, Patricia. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses,dan praktek, Ed.4, Vol.1 . Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka Cipta.

Ircham Machfoedz, Eko Suryani. 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Fitramaya. Yogyakarta.

Linda Ewles. Promosi Kesehatan, Petunjuk Praktis. 1992. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

http://www.kalbe.co.id. Sehat- Sakit. Oleh: Sonanti Soejoto. Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Di akses tanggal 9 Maret 2010.



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar